16.29
0
Pendidikan moral atau budi pekerti tidak hanya diterapkan di sekolah-sekolah, tetapi yang sangat penting sekali harus disosialisasikan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Secara kasat mata berkaitan pendidikan budi pekerti ini terasa tumpul diajarkan pada anak-anak di sekolah, terbukti dengan banyaknya kasus tawuran antar pelajar, adanya siswa merokok di tempat-tempat umum maupun di lingkungan sekolah, adanya siswa nongkrong di mal-mal di saat pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah,  kenapa demikian?". 
Kalau andaikata di sekolah diajarkan tentang pendidikan budi pekerti, tetapi ketika anak berada di lingkungan
keluarga dan masyarakat, toh mereka bercampur gaul dengan orang di sekitarnya yang perilakunya berlain jenis, termasuk bergaul dengan orang-orang yang memiliki perilakunya tidak baik. Seperti pada artikel yang lalu diungkapkan bahwa ketika seseorang dekat  dengan tukang minyak wangi, maka kemungkinan orang tersebut ikut menjadi wangi. Begitupun dengan karakter anak, kalau di masyarakat bergaul dengan anak-anak nakal maka anak bisa menjadi nakal, tetapi sebaliknya ketika karakter ini dibangun dengan dekat kepada orang-orang berperilaku yang baik kemungkinan besar anak akan menjadi baik. 
Kita tahu di jaman era global ini, jarang orangtua mengajarkan tentang budi pekerti, tetapi di kebanyakan orang yang tahu persis bagaimana cara mencari uang, walau dengan jalan apapun toh mereka menghalalkan secara cara, dan itu didapatkan dengan secara tidak lumrah seperti dari hasil mencuri, berjudi, prostitusi, dan ini sangat bertentangan dengan budaya dan etika sebagai bangsa Indonesia yang memegang teguh kepada nilai-nilai moral, yang kesemuanya itu terikat dalam Pendidikan Pancasila. 
Padahal dalam pendidikan moral itu sendiri, perilaku yang tidak baik dilarang oleh negara dan agama, tetapi toh kenapa masih dilanggar juga. Nah ini yang perlu kita sikapi..", 
Sekarang banyak orang menggembor-gemborkan tentang pendidikan moral berkaitan Pancasila, tetapi  kalau hanya dibuat sebagai sumber kekuatan atau slogan belaka, sedangkan dibelakang itu hidupnya berleha-leha, bermewah-mewahan dan apalagi mencontoh jika tidak baiknya kepada masyarakat dengan menonjolkan hidup berfoya-foya, berjudi, Narkobais, Mabok-mabokan,  free sex, ini tidak etis sekali dan sangat bertentangan sekali dengan nurani Pancasila yang mengedepankan peradaban yang baik serta nilai-nilai yang luhur, kemudian budaya Indonesia yang asli itu dimana..?"
Penonjolan inipun bisa kita saksikan melalui tayangan Media Internet, Televisi dan Elektronik lainnya, dengan banyaknya kasus-kasus yang terjadi terhadap mereka. 
Tujuan mulia negara ini memang perlu kita sikapi dan tanggapi, semuanya itu harus dilaksanakan oleh semua komponen bangsa tanpa kekecualian, dengan berasumsi terhadap toleransi yang tidak diskriminatif, tidak egoistik, yang memperlakukan semua warga negara itu tidak dipandang dari derajat, martabat dan jabatannya. 
Menjunjung tinggi moral-moral bangsa mungkin tidak begitu berat, dibanding dengan peraturan yang dibuat Allah, kalau andaikata seseorang melanggar peraturan negara berkaitan moral bisa dikenakan hukuman di dunia saja, tetapi ketika kita melanggar kaidah agama ini sangat berat bukan saja di dunia juga di akhirat nanti kita akan dituntut, yang tentunya hukumannya masuk neraka. 
Memang ketika kita berbuat enak-enak saja, tetapi kita tidak melihat akibatnya bukan, dan hukuman itu memang ada, dan semestinya kita harus tahu norma-norma yang berkaitan dengan budi pekerti.