16.35
0

Wamendikbud: pendidikan karakter terkendala pemahaman guru
Jumat, 20 Januari 2012 21:17 WIB | 1990 Views
 
Padang (ANTARA News)- Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Musliar Kasim menyatakan pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah masih terkendala guru yang belum memahami bagaimana mengintegrasikannya dalam mata pelajaran.

"Pertanyaan yang sering mengemuka adalah bagaimana penerapannya dalam bidang studi, padahal tidak akan ada mata pelajaran khusus mengenai hal itu, karena yang lebih ditekankan adalah bagaimana guru memberikan keteladanan kepada siswa,"
kata dia di Padang, Jumat.

Musliar mengemukakan hal itu saat tampil sebagai pembicara dalam diskusi pendidikan dengan tema peran pendidikan dalam pembangunan karakter bangsa di Auditorium Gubernur Sumatera Barat.

Menurut dia, ada yang membayangkan ketika hendak memasukkan pendidikan karakter pada satuan pendidikan, akan ada kurikulum baru yang harus dibuat.

"Padahal dalam penerapan pendidikan karakter tidak perlu kurikulum baru karena sifat-sifat yang hendak dibentuk pada siswa tidak dapat dijadikan mata pelajaran," kata dia.

Ia mencontohkan jika hendak menanamkan kejujuran, ketika ada siswa yang membuat pekerjaan rumah dengan menyontek punya siswa lain, hal itu harus diluruskan oleh guru dengan memberi pemahaman yang benar.

"Pemahaman yang harus ditanamkan adalah lebih baik siswa tersebut tidak membuat pekerjaan rumah karena tidak mampu mengerjakan dari pada harus mencontek punya orang lain," kata dia.

Contoh lainnya adalah bagaimana menanamkan kejujuran saat mengikuti ujian nasional dan percaya kepada kemampuan sendiri.

Menurut dia, persoalan yang terjadi selama ini model penerapan nilai-nilai itu tidak diketahui oleh guru karena banyak yang membayangkan akan ada mata pelajaran khusus tentang pendidikan karakter.

"Sekolah tidak perlu menunggu ada model dari pusat tentang penerapan pendidikan berkarakter karena hal itu dapat diaplikasikan dengan mudah pada," kata dia.

Contoh paling mudah menurutnya adalah ketika semua guru di sekolah mengajak siswa untuk jujur, disiplin dan memiliki budaya bersih, maka secara perlahan sikap tersebut akan tertanam dalam kepribadian siswa.

Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno menilai kendala penerapan pendidikan karakter adalah adanya mata rantai yang terputus antara tujuan yang hendak dicapai dengan proses pelaksanaannya.

Misalnya, kata dia, ketika hendak menanamkan kejujuran yang diajarkan bukan bagaimana siswa memahami defenisi jujur dan dapat menjawab dengan benar saat ujian.

"Tetapi yang lebih penting adalah bagaimana menanamkan sikap jujur dan hal itu hanya dapat dilakukan dengan memberikan keteladanan," kata dia.

Pemprov Sumatera Barat saat ini melaksanakan program pendidikan karakter dengan membentuk sekolah model tingkat SMP di 18 kabupaten dan kota.
(T.KR-IWY/E005)
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © 2012